Monday, April 24, 2017

Sailing Komodo with Indahnesia ⚓️ (part 2)

Adakah yang sudah baca cerita saya part 1 kemarin dan menunggu-nunggu kelanjutannya? He he 😋 *Emang ada part 1 nyaaaa?* Eits, ada, dong. Buat yang sudah baca, post kali ini pastiii akan membuat kalian mupeng untuk pergi ke Flores. Nah, buat yang belum baca part 1 dan mau kepo, silakan baca dulu disini.

Sebagian teman-teman terdekat saya pasti sudah tau saya adalah sunrise dan sunset catcher, terutama kalau lagi bepergian. Berlandaskan hal tersebut *bleh*, kalau lagi liburan saya nggak pernah melewatkan sunrise dan sunset. Mumpung bisa lihat gitu lho, pikir saya. Saat yang lain bangun siang pas liburan, saya pasti bangun paling pagi buat lihat sunrise. Nah, hal itu saya alami juga waktu Sailing Komodo kemarin dengan Indahnesia. Disaat teman-teman lain masih tidur, saya dan partner (yang untungnya sunrise dan sunset catcher juga) sudah naik-naik ke deck kapal buat hunting ☀️

Nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan.
Di hari kedua ini saya dan rombongan pergi ke beberapa destinasi, lebih banyak daripada hari pertama karena memang waktunya kita mulai dari pagi sekali. Setelah beberes diri dan sarapan, saya dan rombongan menyiapkan tenaga (dan battery kamera!) untuk hari yang sangaaat panjang ini. Ada yang bisa tebak kita akan kemana aja? 🤗

1. Pulau Padar
Siapa yang belum tahu Pulau Padar? Pulau yang satu ini hits banget di Instagram. Jujur saja, pertama kali niat ikut Sailing Komodo, saya pingin banget menjejakan kaki di Pulau Padar, karena selain pemandangannya cantik banget, Pulau Padar termasuk salah satu pulau terbesar di kawasan Komodo National Park. Nggak heran kalau Pulau Padar diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

"Tempat Parkir" di Pulau Padar. Bayangin bangun tidur keluar kamar lihat ginian.

Kapal Indahnesia berlabuh di pinggir pantai, "tempat parkir kapal" sekitar pukul 06:30. Waktu yang dibutuhkan buat  naik ke puncak Pulau Padar nggak lama kok, paling hanya sekitar 30 - 60 menit, tergantung kecepatan dan tenaga masing-masing. Oh ya, yang menarik lagi dari Pulau Padar adalah, pengelola sekarang sudah menyediakan beberapa anak tangga kayu yang memudahkan pengunjung untuk naik keatas, jadi nggak perlu lewat batu-batu dan takut kepeleset karena menginjak pasir. He he. Baru di bagian bawah memang, tapi saya juga kurang tahu apakah nantinya akan dibuat anak tangga sampai ke atas, atau hanya sampai di titik tertentu. Buat anak muda mungkin nggak terlalu berasa sih kalau naik, tapi buat pengunjung Pulau Padar yang sudah berumur, saya yakin tangga kayu pasti berguna banget!

Ada yang bilang ini mirip Soimah. I take that as a compliment. Padar Island, 2016.

Tempat saya berdiri ini jadi spot rebutan, soalnya memang darisinilah foto-foto hits Instagram itu tercipta. Oh ya, kalau mau berkunjung kesini, saran saya bawa air mineral yang cukup, sunblock dan sunglasses karena semakin siang, matahari semakin terik. Bener-bener menusuk kulit, terutama kulit wajah. Ha ha. Anyway, selain pemandangan yang ada di foto ini, sebenarnya masih banyak spot-spot cantik yang bisa dipakai untuk lenyeh-lenyeh buat duduk santai. Saya lihat beberapa video dokumentasi atau foto di Instagram banyak juga kok yang duduk-duduk di ilalang sekitar. Tapi ya itu, mungkin lebih cocok kalau datang sore hari kali ya 😆

2. Komodo National Park
Setelah puas foto-foto di Pulau Padar, saya dan rombongan Indahnesia langsung menuju Komodo National Park. Perjalanan dari Pulau Padar kesini lumayan jauh, sekitar 3 jam kalau saya nggak salah. Komodo National Park atau biasa disebut juga Taman Nasional Komodo ini merupakan singgasana Komodo itu sendiri. Yup, di pulau ini, Komodo dibiarkan hidup bebas di habitatnya, bahkan tidak "diberi makan" oleh pengelola tempat atau ranger, jadi mereka benar-benar masih berburu makanannya sendiri disini. Hiii. Serem nggak sih? Ha ha. Saya cukup deg-deg an waktu dengar ini.

Lebih deg-degan foto sama komodo daripada sama gebetan. Beneran.

Taman Nasional Komodo ini luas dan masih alami sekali. Para kodomo eh komodo benar-benar bertebaran disana. Karena warna kulitnya agak nyaru sama warna dedaunan, saya sampai nggak mau diajak bercanda karena takut matanya jadi nggak awas 😂 saya anaknya parnoan banget, emang. Selain itu, Komodo sangat sensitif dengan gerakan, jadi saran dari ranger, jangan bergerak secara tiba-tiba karena bisa mengejutkan komodo. Nanti kalau sudah begitu, dia malah bisa kaget dan menyerang dengan mengerjar kita. Walaupun besar dan terlihat berat, komodo bisa lari dengan kecepatan 20km/jam, lho. 

Daya tarik Taman Nasional Komodo tidak hanya pada komodonya, tetapi juga beberapa spot fotogenik di sekitarnya, salah satunya adalah jembatan ini.

Waktu saya kesana, entah ranger nya bercanda atau enggak, beliau bilang kalau gerak-gerik komodo yang kami datangi memperlihatkan dia sedang mencari mangsa. Ha ha. Biarpun biasanya komodo memangsa rusa yang juga hidup bebas disitu dan hanya makan 1 kali dalam satu bulan, tapi saya kan nggak tau di bulan itu komodonya sudah makan atau belum 😂

3. Pink Beach
Daerah yang juga hits di Instagram adalah Pink Beach! Nggak kalah excited nya kayak waktu ke Pulau Padar, sepanjang perjalanan saya rasanya nggak sabar sekali buat sampai ke tempat ini. Pink dan beach, 2 hal kesukaan saya jadi satu. Hayo, siapa yang suka dua hal ini kayak saya?

Pantai Merah Muda atau biasa disebut Pink Beach.

Ada pengalaman lumayan lucu buat saya disini. Jadi ceritanya, kapal Indahnesia berhenti agak sedikit jauh dari Pink Beach, supaya saya dan rombongan bisa snorkeling di sekitar kapal sampai ke pantai cantik ini. Pemandangan bawah laut Pink Beach baguuus banget. Masih terjaga warna warni terumbu karangnya dan masih banyak ikan. Lebih bagus 10 kali lipat daripada waktu di Pulau Kanawa. Nah, saking bagusnya, saya dan partner terlalu asik snorkeling sampai malah lupa menuju pantai ini. Waktu Tour Leader nya infoin kita cuma punya durasi sekitar 30 menit lagi, saya langsung ajak partner berenang ke pesisir pantai. Begitu sampai, tadaaa..... ternyata diluar ekspektasi saya. Tadinya saya pikir Pink Beach beneran pink seperti di gambar google atau media sosial lainnya, ternyata, hmm. Saya sendiri waktu itu nggak ada foto langsung disini, karena itu tadi, saya dan partner terlalu asyik snorkeling jadi nggak bawa kamera sampai ke pantai. Foto diatas saya pinjam dari sini dan diantara semua foto Pink Beach yang ada di internet, sepertinya hanya foto ini yang beneran seperti aslinya.

FYI, beberapa artikel yang pernah saya baca, di dunia ini ada 7 Pink Beaches dan 2 diantaranya ada di Indonesia, yaitu di Flores dan di Lombok. Keren, ya? Warna-warna pink ini terbentuk dari pecahan-pecahan terumbu karang warna merah muda yang terbawa ombak sampai ke pesisir pantai. Besides, beberapa sumber juga menyebutkan kalau Pink Beach yang saya kunjungi ini berkurang warnanya setiap saat karena banyak orang yang datang mengambil pecahan terumbu karang warna merah muda yang membentuk Pink Beach ini 🙁 Saran saya, kalau teman-teman berkunjung ke Pink Beach, lebih baik difoto saja terumbu karangnya, jangan diambil ya! Coba bayangin setiap orang yang kesana ambil sedikit demi sedikit, lama-lama habis juga kan?

4. Pantai Namo
The real Pink Beach! Sebetulnya saya agak nggak mau kasih tahu tentang ini karena takut jadi banyak yang ke Pantai Namo dan ngambilin karangnya. Ha ha. Negative thinking banget yeee. Tapi beneran, menurut saya pribadi, Pantai Namo lebih pas disebut Pink Beach karena pantainya jauuuh lebih merah muda dibanding Pink Beach yang sebelumnya saya datangi. Lokasi Pantai Namo dan Pink Beach tidak terlalu jauh, namun karena hanya sedikit orang yang tahu keberadaan pantai ini, jadi saat saya dan rombongan Indahnesia kesana, pantai ini seperti pantai milik pribadi 😜

Di Pantai Namo ada babi juga. Bisa dilihat di foto yang sebelah kiri.

Warna pasir disini memang jauh lebih pink dibanding dengan Pink Beach, namun terumbu karang dan ikannya masih lebih bagus di Pink Beach. Pantai Namo sepertinya lebih cocok dipakai sebagai tempat untuk lenyeh-lenyeh dan berfoto dibanding untuk snorkeling. Oh ya, semakin sore, warna pantai disini berubah semakin merah, ah bahagia banget saya rasanya. Satu hal yang saya sesali adalah karena saking bahagia dan terharu nya, saya jadi lupa menuliskan nama saya di pasir merah muda itu. Yasudah nggak papa, nanti bisa di edit pakai sotosop. *menghibur diri*

Sekitar pukul 18:00 WIT, saya dan rombongan kembali berlayar dibawah langit Flores. Hari itu terasa lelah namun menyenangkan sekali. Kami banyak bercerita satu sama lain di deck atas ditemani alunan gitar dan ratusan bintang. Sekitar pukul 21:30 kami berlabuh di Kampung Komodo dan bermalam disana. Sebelum benar-benar istirahat di kapal, saya dan partner berkeliling Desa untuk hunting foto rumah mereka yang unik seperti rumah panggung. Daaan, nggak hanya hunting, kami juga nyasar melewati kuburan tua sampai dikejar babi (kali ini beneran babi!) Ha ha.

Oh ya, beberapa foto ciamik yang ada (dan yang akan ada) di post Sailing Komodo ini didukung oleh tangan handal partner saya. Silakan lihat foto lainnya di Instagramnya atau Instagram saya. Jangan lupa juga untuk nantikan post saya selanjutnya di Sailing Komodo with Indahnesia part 3 ya!

Baiklah, segitu aja sharing dari saya kali ini. Selamat merencanakan liburan!
🌸 Claudia

Monday, April 10, 2017

Sailing Komodo with Indahnesia ⚓️ (part 1)

Olaaaa!

Sesuai janji saya waktu itu, saya akan berbagi pengalaman Sailing Komodo bulan November lalu. Akhirnyaaa post ini terbit juga. Memang agak telat sih, tapi nggak apa-apa lah ya, komodonya masih ada di Flores, kok! #jayus

Introduction sedikit, post ini ditulis bukan sebagai bagian dari endorse ya. Semuanya murni pengalaman dan sharing cerita juga pengalaman dari saya. Tapi kalau misal ada temen-temen yang mau endorse saya untuk pergi dan ditulis di blog ini nantinya, boleh banget lho! 😛✌️

Awal tahun 2016, saya udah bertekat banget harus pergi ke Indonesia Timur. Sebetulnya niat awal mau birthday trip kesana di akhir tahun, tapi pada saat itu masih mikir terserah deh entah awal tahun, pertengahan atau bahkan akhir tahunpun saya nggak masalah, yang penting pergi. Titik. Emang dasar Scorpio keras kepala, sayapun sekuat tenaga nabung dan cari-cari informasi paket tour dengan harga yang pas di kantong. Daaan, sebentar, sebelum lanjut cerita, nih saya tulis quote pegangan saya banget dari opa:

"And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it." -Paulo Coelho

Yup, untuk yang kesekian kalinya, semesta mengabulkan keinginan saya. Betapa bahagianya saya ketika mendapatkan paket tour superrr affordable dari Indahnesia. Paket tour ini saya dapatkan dengan ngubek-ngubek Instagram siang malam. Dan yang lebih membuat saya bahagia adalah, mereka menyediakan paket tour di tanggal 11 - 13 November which is tepat 1 hari setelah ulang tahun saya. Horeee, birthday trip lagi! 

Saya memilih penerbangan paling pagi dan paling singkat tanggal 10 November 2016, tepat dihari ulang tahun saya. Dibanding maskapai lain, waktu itu Sriwijaya Air provided sekitar 3 jam untuk sampai di Flores dengan 1 kali transit di Bali selama 1 jam lalu lanjut dengan maskapai NAM Air. Hari pertama di Flores saya habiskan dengan jalan-jalan bersama partner ke pelabuhan dan ngobrol-ngobrol dengan penduduk di Kampung Ujung. Berkat industri pariwisata yang meningkat di Labuan Bajo, masyarakat setempat merasa banyak terbantu dari sisi ekonomi. Namun biarpun begitu, ternyata banyak juga dari mereka yang belum pernah main ke Pulau Komodo itu sendiri, padahal letaknya sama-sama di Flores.

Kampung Ujung, Labuan Bajo.
Meet Iche, her sisters and daughter from Kampung Ujung, Labuan Bajo.

Saya dan partner bermalam di Cool Corner backpacker hostel yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta, Labuan Bajo. Lokasi Cool corner cukup strategis karena ada dipinggir jalan dan banyak dikelilingi tempat penyewaan motor, penjualan paket tour, juga tempat makan. Pemiliknya juga ramah dan super helpful. Saya dapat info mengenai Cool Corner dari google sekitar bulan September 2016, namun saat itu Cool Corner belum bekerjasama dengan situs traveling, jadi agak untung-untungan karena nggak bisa booking juga. Ada satu blogger yang nulis tentang Cool Corner, bisa dilihat disini. Kalau ada yang tertarik mau bermalam disini dan mau contact pemilik Cool Corner, saya masih ada contact nya 😊 Harga/bed (per November 2016) Rp 60.000 dengan fasilitas light breakfast (donat enak!), AC, locker dan free wifi.
 
Hari pertama (11 November 2016) saya dijemput oleh tim dari Indahnesia di hostel sekitar pukul 10:00 WIT untuk ke meeting point di dermaga wisata Kampung Ujung. Layanan antar jemput ini memang bagian dari service Indahnesia. Asik ya! Jadi kalian nggak perlu pusing gimana akan ketemuan di meeting point
.


Setelah naik boat dan simpan barang-barang, saya dan partner kenalan dulu dengan 6 anggota tour dan 4 awak kapal lainnya. Bang Rossy selaku tour leader pun ikut mengenalkan diri. Beliau yang akan memandu saya, partner dan rombongan selama tour berlangsung. Psst, Bang Rossy nih oke punya lho, masih sendiri lagi. Boleh lah lae kau tengok-tengok instagramnya 😜 Setelah kenal-kenalan dan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, kapten (Bang Taher) mulai menyalakan mesin kapal dan yeaaaa kapal perlahan meninggalkan Labuan Bajo. Sailing Komodoooo 🤗🤗🤗 I was sooo excited!!


1. Pulau Kanawa
Seperti Sumba dan Sumbawa, orang suka kebalik balik antara Kenawa dan Kanawa. Yup, walaupun namanya mirip, tapi kedua pulau ini sangatlah berbeda. Pulau Kenawa terletak di NTB, sedangkan Kanawa ada di NTT.

Pulau Kanawa adalah pulau pertama yang saya kunjungi setelah kapal lepas dari dermaga. Pulau ini nggak terlalu besar, namun cantik sekali. Selain itu, walaupun Pulau Kanawa sudah diambil alih jadi resort, namun pengunjung boleh main-main dan snorkeling di sekitar pulau, tetapi untuk duduk-duduk di bangku, khusus untuk mereka yang menginap di resort saja.

Pemandangan bawah laut Pulau Kanawa bagusss! Masih banyak terumbu karang cantik dan ikan warna warni kesukaan saya. Tapi disini banyak sekali bulu babi dan saya takut banget bulu babi 😂 waktu saya disana, banyak juga rombongan dari tour lain yang mampir ke spot ini, jadi lumayan ramai. Nah, karena lumayan ramai, di tempat inilah sandal kesayangan yang sudah setia menemani jalan-jalan selama ini ketinggalan *lah malah nyalahin orang*. Haha. Nggak mau lebay tapi emang sedih banget rasanya, mana baru inget ketika saya sudah di Gili Lawa, jadi sudah nggak mungkin balik lagi. Yasudah tak apa, I left my fave sandal in Flores, semoga berguna untuk yang menemukan dan menemani pemilik baru melangkah ke tempat yang lebih jauh lagi 😛

Saya dan partner. Kanawa Island, Flores, 2016.

2. Manta Point 
Puas snorkeling di Pulau Kanawa, kita berlanjut ke Mantan Point. Kenapa namanya Manta Point? Karena point / titik inilah para mantan terbang dilautan. Kapten bilang, kalau lagi beruntung, ikan manta nya banyak banget. Nah, dari Pulau Kanawa ke Manta Point lokasinya cukup jauh, sekitar beberapa jam *saya lupa, maafiiiin*. Saya menghabiskan waktu selama perjalanan dengan duduk-duduk dan berjemur cantik diatas kapal sambil dengerin lagu di iPod. Enak banget. Sumpah. Sejauh mata memandang cuma ada biru-biru dan lagu kesukaan di telinga.

Sesampainya di Manta Point, semua orang heboh karena si mantan berenang di permukaan atas. Duuuh, saat itu saya mengkategorikan diri sebagai orang yang beruntung sih! Gimana enggak, para manta nyamperin kapal Indahnesia dengan tenangnya. Akhirnya saya dan teman rombongan semua nyebur ke air berenang bareng mereka, bahkan partner saya berulang kali disamperin mantan terus kesenengan. Iri.

Foto dibawah ini saya pinjam dari fotonya Bang Taher karena saya nggak ada foto di dalam air *go pro nya nggak support*. Anyway, Instagram Bang Taher boleh di follow lho, fotonya bagus-bagus.

Guede tenan, rek. 

Agak sedih sih sebetulnya karena nggak ada foto saya dan mantan 😥 untungnya pengalaman dan memori di kepala nggak akan hilang. Sampai sekarang nulis ini aja masih keinget banget rasanya. Antara mau ketemu, takut, ditambah deg-deg an. Rasa deg-deg an sih yang paling besar, ketemu mahluk sebesar dan secantik ini di lautan yang biasanya cuma bisa lihat di National Geo. Eh tapi, bukannya emang kalau ketemu mantan eh manta suka deg-deg an ya? Yhaaa.

3. Gili Lawa Darat
Destinasi terakhir hari itu! Niatnya memang mau catching sunset di atas, jadi saya dan rombongan cepat-cepat mendaki sebelum matahari terbenam. Walaupun medan tracking nya nggak seberapa, tapi saran saya tetap hati-hati ya! Pengalaman teman kemarin, dia terlalu lama berenang di Manta Point dan terombang ambing di kapal menuju Gili Lawa, malah akhirnya pusing dan muntah saat mendaki ke atas. Waktu yang dibutuhkan untuk mendaki keatas nggak lama kok, paling hanya sekitar 30 menit.

Candid by Bang Azad. Cakep.

View di Gili Lawa bagus sekali. Refleksi matahari terbenam terlihat jelas di laut. Saya suka banget moment ini, karena selain pergantian warna jingga di langit, angin semilir yang menemani, burung-burung rajawali juga ikut beterbangan di atas kepala. Oh ya, info penting untuk teman-teman yang membawa drone ke Gili Lawa. Beberapa minggu sebelum saya kesana, ada kejadian drone dipatuk rajawali karena pergerakannya mengagetkan dia, dikira musuh atau benda yang mengancam. Jadi sebaiknya kalian lihat-lihat ya kalau mau main drone 😁 jangan sampai menakuti binatang atau malah drone kalian yang jadi imbasnya.

Semakin terbenam, semakin bagus banget langitnya. *nangis*

Saya dan rombongan turun kembali ke kapal saat matahari terbenam. Badan rasanya capek sekali setelah seharian beraktifitas. Tapi rasa capek nggak sebanding dengan rasa senang yang saya dapatkan. Nggak sampai disitu, sebelum istirahat dikamar, kami menghabiskan waktu bersama istirahat dibawah langit terbuka. Di atas kapal. Cerita ngalor ngidul, nyanyi-nyanyi sama Bang Rossy (doi suaranya bagus!), main ukulele, ada juga yang pdkt. Mensyukuri bahwa hidup ternyata seindah itu. Coba bayangin, disaat matahari masih bersinar, sepanjang mata memandang saya lihat laut biru dan pulau-pulau tak berpenghuni. Sedangkan saat bulan ambil alih malam, sepanjang mata memandang hanya lihat bulan dan bintang banyaaak banget dilangit.

Oh ya, karena judulnya Sailing Komodo, selama 3 hari saya dan rombongan akan menghabiskan waktu di kapal.
Terus makannya gimana? Di masakin emak dong. Iya, di kapal ada dapurnya.
Mandinya gimana? Ada kamar mandi kok di kapal. Pake kloset duduk lagi.
Terus, terus, tidurnya gimana? Ya dikapal juga 😛 ada springbed dan AC, lho.
Nggak cuma itu, sepanjang hari saya dan rombongan dapat supply air minum unlimited, snack (roti) unlimited pakai selai nutella dan pisang goreng. Masakan emak juga enak-enak. Sayur ditambah ikan segar. Mantap pokoknya. Kalau emak bisa saya bawa pulang buat bikin makanan sehari-hari, saya bawa pulang, deh.

Penasaran dengan berapa biaya yang saya keluarkan dan destinasi saya dalam dua hari kedepan? Tungguin post selanjutnya ya! Sengaja saya pisah karena kalau semua dalam satu post pasti terlalu panjang. He he.

Baiklah, segitu aja sharing dari saya kali ini.
Selamat merencanakan liburan!
🌸 Claudia

Monday, April 3, 2017

Tips Backpacking Aman dan Nyaman ;)

Banyak long weekend lho bulan ini, yakin nggak mau pergi? 😜

Minggu lalu saya baru aja menghabiskan long weekend di Bandung. Cuti satu hari sih, tapi untungnya bos sungguh pengertian punya anak buah nggak betah duduk diem dikantor, jadi sejauh ini ijin cuti selalu mulusss. Nah, waktu pergi kemarin saya jadi inget banyak temen yang suka tanya ke saya gimana cara pergi dengan nyaman tanpa tour alias ngebolang sendiri. Oleh sebab itu saudara-saudara sekalian, di post kali ini, saya mau kasih sedikit tips & trick buat temen-temen yang baru mau coba liburan sendiri atau tanpa tour. Haha. Saya hobi banget kasih tips liburan tanpa tour, maap yakkk. Padahal dulu kerja sampingan saya waktu kuliah adalah bikin paket tour 😅 Ah, tapi saya yakin kok dengan adanya post inipun tidak akan mengurangi peminat yang suka beli paket tour di media cetak maupun di social media, so here we go!

Kang Pijet. Ubud, 2016.

1. Research sebanyak mungkin. Karena akan pergi sendiri tanpa tour, otomatis semua hal kita akan tanggung sendiri. Tiket nggak mungkin tiba-tiba nongol di depan mata, dapet schedule selama perjalanan, atau list barang-barang apa saja yang harus dibawa. Doing research penting banget menurut saya, jadi bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Misal, kita jadi tahu suhu ditempat tujuan, atau bisa juga adat khusus yang melarang kita membawa ini itu ke tempat tersebut. Salah satu pengalaman research saya yaitu waktu itu saya mau pergi ke Bromo. I had no idea seberapa dingin disana, atau seberapa tebal debu yang bisa masuk lewat hidung. Kalau saya nggak research, mungkin saya nggak akan bawa masker ataupun sunglasses atau mungkin saya nggak akan bawa baju yang bisa dipakai sampai bertumpuk-tumpuk. Doing research nggak selamanya dengan browsing di internet atau baca buku. Dengan tanya-tanya dan menggali informasi dari teman / kerabat / orang yang sudah pernah kesana juga bisa kok, bahkan terkadang lebih real dan personal.

2. Beli tiket pesawat / kereta / travel minimal H-5 😁 Hiyaaaa. Orang-orang terdekat saya tau banget saya orangnya gambling masalah tiket. Sebetulnya bukan gambling, sih, tapi lebih kepada faktor ekonomi. Banyak yang nggak tahu kalau tiket pesawat / kereta / travel itu lebih murah menjelang waktu keberangkatan. Malah saya kadang suka beli tiket H-1 atau justru hari keberangkatan itu sendiri. Cuma memang, banyak orang nggak mau ambil resiko takut nggak dapat tiket pesawat jadi beli jauh-jauh hari. Yah, pilihan. Saya sih emang orangnya kelewat percaya diri, jadi yakin-yakin aja nggak akan kehabisan tiket.

Selain itu, saya juga suka beli tiket pakai point AirAsia. Lumayan murah. Jadi ini sistemnya kayak customer loyalty gitu. Banyak juga yang jual di Instagram, walau memang belinya rebutan dan nggak semua rute penerbangan ada, tapi boleh juga sesekali beli. Mungkin bisa coba cari dengan hashtag #tiketjakartabali karena itu rute paling favorit.

3. Pakai tas ransel. Berhubung saya anaknya nggak suka ribet, kalau bepergian saya selalu pakai tas ransel. Pergi selama 2 minggupun saya pasti cuma bawa 1 tas ransel. Lho, kok bisa? Yup, karena buat saya, outfit untuk foto itu agak nggak penting.... Hehe. Saya pribadi lebih suka bawa baju yang berbahan rayon karena selain nyaman dipakai sampai beberapa kali, bahannya juga ringan dan nggak menuhin tempat. Selain itu, juga lebih suka metode cuci jemur. Jadi baju yang sudah beberapa kali dipakai saya cuci dan jemur supaya bisa dipakai lagi tanpa bau ketek. Oh anyway, saya ngomong gini bukan berarti saya underestimate mereka yang suka bawa baju banyak waktu bepergian, lho! Sebagai seorang cewek yang punya jiwa narsis, sayapun mau punya foto-foto ciamik. Nah biasanya kalau sudah begini, saya suka bawa baju sedikit dari rumah, lalu nanti ditempat tujuan saya beli beberapa baju lagi. Jadi pulangnya nggak perlu bawa lebih banyak barang. 

4. Bawa 1 tas kecil berisi perintilan penting. Pisahkan tas baju dengan tas perintilan. Kenapa dipisah? Kan nggak enak kalau dipisahin? Yhaaa. Jangan baper. Tas baju dan tas perintilan harus banget dipisah supaya nggak ribet. Emang apa aja sih isi tas perintilan? Banyak. Tiket perjalanan (kalau ada tiket yang harus di print), ID Card, Smartphone, Sunglasses, Power Bank + kabelnya, kamera kecil entah go pro atau mirrorless atau kamera digital, P3K ringan seperti betadine dan plester, botol minum, sunblock atau lotion. Buat barang-barang kecil lainnya, bisa juga dimasukin ke tas ini. Pokoknya anggep aja tas ini nyawa selama perjalanan, jadi pastiin aman dan barang-barang yang kira-kira dibutuhkan dengan cepat ada di genggaman kalian tanpa harus bongkar koper / tas baju!

Saya dan tas waterproof multifungsi yang nggak pernah ketinggalan kalau pergi.
Pulau Padar, 2016.








5. Pilih tempat tinggal dengan harga terjangkau dan dekat dari lokasi yang dituju. Sekarang banyak banget situs / aplikasi traveling yang memudahkan kita untuk pilih tempat tinggal selama liburan. Karena ini judulnya tips & trick backpacking (ya sebetulnya saya emang belum pernah traveling sih, haha!) jadi sebaiknya pilih backpacker hostel / live in dirumah warga lokal. Pertimbangan saya kalau pilih backpacker hostel / live in adalah harganya yang murah (bahkan kadang free!), bisa ketemu, ngobrol dan tukar cerita dengan tamu-tamu lain atau bahkan si empunya rumah, juga karena saya nggak akan menghabiskan banyak waktu disana setiap harinya, jadi sayang aja kalau buang banyak budget untuk tempat tinggal 😊 Namun, biarpun begitu, saat ini banyak banget hotel yang affordable untuk dijadikan pilihan. Tergantung budget dan selera temen-teman saja. Aplikasi yang biasanya saya pakai untuk booking tempat tinggal yaitu Traveloka dan AirBnB.

Hal lain yang perlu diperhatikan, pastikan tempat tinggal kita nanti dekat dengan lokasi yang mau dituju ya! Jangan sampai pilih tempat tinggal karena murah, tapi jauuuh banget dari lokasi-lokasi yang mau dituju. Nantinya malah menyusahkan diri sendiri karena waktu habis dijalan. Kalau saya biasanya tentukan dulu destinasi wisata yang mau saya tuju, lalu baru cari penginapan di dekat tempat tersebut.

Oh ya, banyak juga yang belum tahu kalau kita BISA BANGET titip barang bawaan di hostel / hotel tempat kita nginap. Saya beberapa kali mendapat ekspresi kaget dari teman-teman yang tanya gimana kalau sudah waktu check out tapi masih mau jalan-jalan tanpa bawa banyak barang. Begini, waktu check out adalah waktu kita engkang kaki dari kamar, tapi sebetulnya kita masih boleh pakai fasilitas ditempat tersebut. Saya pernah check out jam 12:00 dan masih berenang disana sampai jam 16:00 dan bilas di kamar mandi umum yang memang disediakan di kolam renang, officer nya santai saja, tuh. Belum sampai disitu, saya titip barang-barang dan ngobrol santai di lobby, pergi keluar makan malam, balik lagi, duduk-duduk lagi sampai akhirnya sudah jam untuk pergi ke airport. Nggak perlu malu atau takut, kalau mau titip tas ya tinggal bilang saja. Biasanya kalau di hotel standard / berbintang, mereka kasih kita kartu yang nantinya ditukar lagi dengan barang kita, tapi kalau di hostel / affordable hotel, biasanya mereka taruh barang kita di resepsionis. Bahagia kan jalan-jalan tanpa bawa banyak barang? Yang lebih membahagiakan lagi, titip barang itu gratis! Palingan hanya ditanya nanti akan ambil barang jam berapa 😊

6. Beli asuransi perjalanan. Ini dia yang sering dilupakan banyak orang. Asuransi perjalanan! Padahal penting banget, lho. Masih banyak yang belum tahu kalau asuransi kesehatan atau asurasi jiwa dan perjalanan itu sangatlah berbeda. Saya pribadi selalu membeli asuransi perjalanan kemanapun saya pergi. Nggak mahal, kok! Ada yang 7 hari hanya sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000, tergantung destinasi, penyedia asuransi perjalanan dan case apa saja yang nantinya akan di cover oleh asuransi tersebut. Saya selalu membeli asuransi perjalanan di Cekpremi.com, karena selain pelayanannya yang cepat dan oke (bisa tanya-tanya sampai nggak tau apalagi yang harus ditanyain), polis cepat keluar dan harganyapun nggak menguras kantong 💢

Setiap orang memang punya gaya bepergian yang berbeda-beda. Kalau saya sih, enam hal diatas itu bagaikan hukum wajib, tapi pasti temen-temen ataupun orang diluar sana punya hal menarik lainnya. Yang jelas, jangan sampai menyusahkan orang lain apalagi diri sendiri demi menuruti keinginan sesaat. Nikmati aja setiap waktu ketika pusing cari penginapan atau tiket perjalanan, karena pasti setiap hal punya cerita tersendiri 😁 By the way, yang mau berbagi tips & trick buat backpacking / traveling boleh banget, lho!

Baiklah, segitu aja sharing dari saya kali ini.
Selamat merencanakan liburan!
🌸 Claudia