Monday, January 25, 2016

Backpacker ke Bali, Indonesia (Budget, Penginapan dan Tempat Wisata) :D

Baliiiiii! Begitulah teriakan pertama saya dan partner ketika pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai. Serindu dan se-excited itu untuk kembali ke Pulau Dewata. Azik. Buat yang mikir "judulnya Backpacker ke Bali tapi kok naik pesawat?", baca postingan ini sampai habis ya! :D

Beberapa bulan kemarin, tepatnya tahun 2015 lalu, entah gimana saya kecanduan online shop. Berhubung kerja baru mulai di siang hari, biasanya pagi kalau lagi absen kelas yoga, saya mantengin online shop terus. Sialnya, malam sehabis kerjapun saya berkutat dengan online shop lagi. Sampai mata perih dan rekening di bank pun ikutan perih. Saya berpikir gimana caranya menghabiskan uang (((menghabiskan uang))) dengan sesuatu yang lebih berguna ketimbang beli barang - barang sesaat. Saya juga sadar sih, sebetulnya tahun lalu adalah tahun yang melelahkan karena harus bergelut dengan skripsi - kerja - revisi - skripsi - kerja - prepare sidang - sidang - revisi begitu doang. No time for holiday. Puji Syukur semua berakhir di Desember awal yaitu wisuda! YAY. Tapi... nggak mungkin liburan pas Desember juga kan, high season, bok. 

Akhirnya, setelah intro yang nggak penting diatas, saya memutuskan untuk meneruskan hobi yang cukup mahal ini dan menghabiskan uang, yaitu traveling. Kenapa menghabiskan uang? Karena memang begitulah kenyataannya. Ha ha ha. Nggak deh, itu karena saya baru mulai merintis karir, pendapatan belum seberapa. Apalagi dulu ketika kuliah harus nabung uang jajan untuk pergi ke suatu tempat. Bangga dikit, biarpun saya suka jalan - jalan, saya paling menghindari minta uang ke orang tua. Saya pikir, yang enak saya, kok yang harus mengeluarkan duit mereka.

Persiapan dimulai dari browsing banyak tempat di Bali dan tiket pesawat lewat Mbah Google. Walaupun saya sudah pernah ke Pulau Dewata ini ratusan tahun silam, saya tetap browsing untuk update lokasi wisata, tempat hits di Bali, kuliner, dan lain-lainnya. Apalagi sekarang informasi didapatkan dengan sangat gampang, jadi menurut saya, nothing to lose with browsing. Kegiatan mantengin online shop pun berkurang karena saya jadi lebih sering mantengin harga tiket pesawat. Dan karena keuletan itulah, sayapun dapat tiket pesawat dengan harga super affordable untuk terbang ke Bali. 400 ribu untuk PP! Wow. Awalnya sih begitu... tapi kehabisan, Ha ha. Jadinya saya beli dengan harga 540 ribu untuk PP. Masih super worth it, lah.

Setelah dapat tiket pesawat dan beberapa tempat wisata yang wajib dikunjungi, saya mulai cari - cari transportasi yang bisa disewa, hotel, hostel, penginapan apapun itu yang nyaman dan murah tentunya. Untuk transportasi, saya memilih untuk menyewa sepeda motor selama 4 hari dan janjian di Bandara; jadi, motor saya ambil di Bandara, begitupun pulangnya saya kembalikan lagi di Bandara. Saya menghabiskan 4 hari  3 malam (sumpah kurang banget) di Pulau Dewata. 1 malam d Ubud, dan 2 malam di daerah Kuta. Kenapa saya pilih Kuta? Karena banyakan penginapan untuk backpacker adanya disana. Hiks. Padahal rencananya saya mau explore daerah Ungasan - Uluwatu, Nusa Dua dan sekitarnya, yang cukup jauh dari Kuta. Tapi yasudahlah, saya pikir sekalian jalan - jalan dan tanning dijalan. (iya, Bali panaas banget!)

Hari pertama saya habiskan di Ubud. 
Masih jet lag jet lag nya, saya dan partner melaju menggunakan sepeda motor dari Ngurah Rai ke Ubud pukul 11.45 WITA. Cukup deg-deg an sebetulnya waktu itu, karena partner saya belum tidur dari kemarin malam dan sempat berpikir akan ke Ubud naik taksi saking ngantuknya. Apa daya, si mbak penyewa motor bilang kalau motor sudah di Bandara Ngurah Rai dan tidak bisa diantar ke Ubud. Baiklah. Akhirnya sepanjang jalan saya yang juga sebetulnya lelah terus mencari topik pembicaraan agar partner yang mengendarai motor tidak mengantuk. Perjalanan ke Ubud saat itu..... rasanya jauh banget. Kita beberapa kali berhenti untuk istirahat dan narik napas. Ha ha. Bayangin aja kondisinya baru turun pesawat, ngantuk, bawa barang, cuaca puanasnya minta ampun, dan harus menempuh perjalanan sekitar 40km. Kalau naik gojek udah berapa tuh habisnya.

Setelah nyanyi - nyanyi dijalan, rekam jalanan dan beberapa pura, nyasar - nyasar dikit, sampailah akhirnya di Ubud. Oh ya, penunjuk jalan selama di Bali disponsori oleh Waze, masyarakat lokal, dan kesotoyan saya dan partner. Ketika sampai di gang yang seharusnya hostel saya, saya tidak menemukan hostel yang saya pesan sebelumnya di salah satu aplikasi booking online. Sempat panik waktu itu karena harus nyari lagi lokasinya. Saya sempat tanya ke salah satu Bli disana, ditunjukin tempatnya tapi kosong. Saya telfon ke nomor hostel yang ada di informasi aplikasi itu, tapi tidak bisa terus. Akhirnya saya cari lagi muter - muter situ sampai nyasar lagi ke dua rumah dan di gonggogin anjing. Untungnya sang pemilik rumah keluar dan memberi tahu bahwa lokasi hostel saya pindah. PINDAH aja dong... dan di aplikasi itu belum diperbaharui sama sekali. Jujur kesal sih, tapi untungnya tempat barunya tidak jauh darisana.

Setelah beres check in, saya langsung rebahan di kasur. Oh ya, kamar yang saya pesan ini memang khusus untuk backpacker. Satu kamar ada 12 tempat tidur tingkat. Tempatnya adem banget, dan super relaxing, jadi saya mengampuni kejadian pindah tempat ini. Ha ha. Untuk tempat, saya tidak sempat foto banyak, tapi saya rekam. Jadi gambar saya ambil dari sini dan sini.





Kegiatan yang saya habiskan di Ubud adalah tidur. Istirahat sih lebih tepatnya. I really enjoyed my time in Ubud. Kapan lagi bisa nafas yang kecium bau sawah, ya kan? Disana saya juga kenalan sama orang - orang baru, and mostly foreigners. Bahkan faktanya, cuma saya dan partner saja yang WNI. Disitu saya sempat berfikir sih, "ini orang - orang Indo pada kemana ya?" saking orang bule saja yang saya lihat di hostel itu. Saya dan beberapa teman baru disana ngobrol tentang banyak hal. Dari mulai politik (iya politik) sampai hobi mereka dan makanan khas negara mereka. Satu hal yang saya dapat, orang luar sangat menghargai liburan. Mereka juga kaget ketika saya bilang di Indo banyak perusahaan yang tidak mengijinkan karyawannya untuk liburan ditahun pertama kerja. Ditahun keduapun, rata - rata hanya mendapat 12 hari cuti. "Seriously?! I have 3 weeks of holiday and I think it's not enough! And here, you have 12 days off for one year?! Crazy." Iya sih memang gila. Bersyukur saya punya atasan orang luar yang sangat menghargai liburan. Bahkan ketika minta cuti di 5 bulan kerja, he offered me one week to go to Bali!

Well, sesuai dengan judul diatas, di post kali ini saya akan langsung menjabarkan destinasi dan budget saya kemarin. Walau sebetulnya destinasi wisata saya merupakan destinasi lumrah yang banyak orang datangi juga, tapi saya yakin bahwa setiap orang punya cerita yang berbeda. So, here you go!

1. Warung Made Becik, Ubud
Walaupun judulnya "warung", tapi tempatnya nggak kayak warung makan di Jakarta kok! Ini bukan underestimate warung di Jakarta ya, saya bilang nggak kayak warung di Jakarta karena..... warung ada di pinggiran sawah! Duh, cucok banget. Mana ada warung di Jakarta yang punya backsound suara jangkrik?
Bermodal sksd alias sok kenal sok deket dengan Franceman di hostel, akhirnya hari pertama saya di Ubud diisi dengan dinner super peaceful di Warung Made Becik. Tempat makan khas Bali ini ada di dekat hostel kita, nggak ada 1 meter. Tempatnya enak banget, musik Bali, suara jangkrik, penerangan dim-light, dan udara dingin sangat terasa. Makanannyapun endes bambang. I ordered pork ribs with rice and lemon tea. Daging pork nya empuk, dan lemon tea nya tidak terlalu asam. Menurut saya, harganya juga nggak terlalu mahal. Untuk menu yang saya pesan, harganya berkisar sekitar 60 ribuan dan minum 15 ribu. Lagi, disana hanya saya dan partner saja yang WNI, tidak termasuk karyawan restorannya ya. Saya juga bertemu pasangan suami istri dari US yang sudah paruh baya, mereka bilang mereka menghabiskan waktu 4 minggu di Ubud. Bahagianya. Oh ya, nilai plus dari tempat ini adalah ownernya yang ramah banget! Bahkan ketika masuk, saya disambut langsung sama ownernya dan kenalan segala :)
Penampakan Warung Made Becik saya ambil dari sini. Untuk menu dan harga yang pasti serta ulasan lainnya, bisa dilihat di TripAdvisor ini.


2. Gelato Secret, Ubud. 
Setelah puas menyantap pork dengan bumbu Bali, saya, partner dan teman baru saya kembali ke hostel. Dia memutuskan untuk istirahat karena besok subuhnya jam 2 akan naik gunung bersama rombongan, sedangkan saya dan partner yang kepo akan Ubud kembali menyalakan motor dan berkeliling Ubud. Jalanan di Ubud cenderung sepi, dan hanya ada beberapa rumah serta pemandangan sawah di kanan dan kiri. Namun, biarpun sepi dan gelap, jalan - jalan di Bali ketika malam hari sangatlah aman. Disini juga banyak sekali anjing yang dilepas begitu saja, hampir sama seperti di Belitong.

Perut yang lumayan kenyang tidak menghalangi saya dan partner mencicipi gelato khas Italia di tempat kuliner malam. Nama tempatnya adalah Gelato Secret. Sebetulnya saya juga nggak sengaja sih menemukan tempat ini, tapi pas saya coba browsing, ternyata tempat ini lumayan terkenal diantara para wisatawan. Gelato yang dijual disini ada banyak rasa, dari buah - buahan sampai yang manis - manis. Untuk masalah kantong, 1 scoop gelato dibandrol dengan harga 25 ribu rupiah, sedangkan untuk 2 scoops dibandrol dengan harga 40 ribu rupiah. Saya memilih untuk mencicipi 2 scoops gelato rasa caramel dan oreo, yang ternyata porsinya buanyaak.

Dekorasi di Gelato Secret ini didominasi dengan warna pink dan nuansa kayu. Rata - rata pengunjung disana lebih senang membeli gelato dan dibawa jalan - jalan, jadi tempat duduk di Gelato Secret lumayan sepi. Disamping saya pecinta warna pink, saya dan partner lebih senang duduk dan bercerita banyak hal, rencana untuk hari esok, juga pendapat masing - masing mengenai Bali. Untuk masalah rasa.... hmm kalau untuk saya pribadi agak kurang. Ini pertama kalinya saya mencicipi gelato, sih. Jadi saya tidak tahu apakah rasanya memang seperti ini atau bagaimana. He he. Mungkin untuk melihat pendapat orang lain, bisa coba buka disini. Oh ya, untuk lokasi, Gelato Secret juga masih dekat dengan hostel. Mungkin sekitar 1km. Foto dibawah merupakan dokumentasi pribadi saya.



3. Pasar Seni Sukawati
Saya merupakan salah satu orang yang suka banget ke pasar. Nggak ada alasan spesifik kenapa bisa suka, sih, saya juga nggak pernah menanyakan ke diri sendiri kenapa bisa begitu. Lagipula, bukannya suka itu nggak perlu alasan? #yha

Dari namanya saja, Pasar Seni Sukawati sudah menunjukan identitasnya sebagai pasar yang menjual hasil kesenian. Sukawati sendiri adalah nama daerah. Jadi, untuk yang belum tahu, Pasar Seni ini ada di daerah Sukawati, Kecamatan Gianyar, Bali, makanya diberi nama Pasar Seni Sukawati :D
Harga di Pasar Seni ini sangat affordable. Percayalah. Harga mulai dari 5rb rupiah sampai ratusan ribu. Belum cukup disitu, harga produk di Pasar Seni Sukawati ini bisa ditawar, tapi tawarlah dengan harga yang masuk akal. Jangan sampai kita bangga dengan produk hasil pabrik brand luar dan harga mahal, tapi menawar produk lokal dengan harga semurah - murahnya :)

Hasil kesenian masyarakat lokal yang dijual disini terdiri dari gelang etnik, kalung, pajangan rumah, baju, tas, baju pantai (ini wajib banget sih) dan pastinya kain Bali yang banyak diburu wisatawan. Menurut saya pribadi, pasar seni ini bersih dan rapi, ditambah dengan penjual yang sangat ramah tanpa maksa. Oh ya, nilai tambahannya lagi, Pasar Seni Sukawati juga menyediakan lahan parkir yang cukup luas untuk mobil dan bus besar. Waktu saya kesana, banyak bus besar berjejer di parkiran, jadi untuk yang mau kesana, jangan khawatir susah parkir. Sepertinya memang Pasar Seni Sukawati masuk dalam destinasi favorit untuk belanja :)
Gambar saya ambil dari sini.



Mirah Hostel, Kuta
Karena ini bukanlah destinasi wisata, jadi saya sengaja nggak nomorin. Seperti yang saya sudah jelaskan sedikit di prolog, selama di Bali saya memang pindah penginapan 2 kali. Penginapan yang kedua ini letaknya di Jalan Patih Jelatik, Kuta.




Mirah Hostel ini leraknya cukup terjangkau menurut saya. Harganyapun terjangkau. Dengan harga Rp 120.000 permalam, saya bisa tidur cukup nyenyak dan dapat sarapan pagi seharga 25rb. Sebetulnya fasilitasnya cukup lengkap, ada kolam renang, billyard, wall climbing, dan kamar mandi disetiap kamarnya. Ditambah lagi, setiap orang diberi kartu yang harus di tap untuk membuka pintu kamar, kasur diberi tirai penutup dan stop kontak. Namun ini yang bikin saya agak parno, karena saya nggak tau di balik tirai ada orang atau tidak. Tempatnya juga agak gelap dan cenderung sepi, karena memang dimaksudkan untuk istirahat. Selain itu, saya dan partner dapat kamar yang berbeda, sehingga saya banyak menghabiskan waktu di dekat resepsionis karena jarang ada yang bisa diajak ngobrol.

4. Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Seperti yang saya bilang diatas, memang dari awal saya ingin explore daerah Ungasan - Uluwatu, jadilah saya singgah di GWK. Untuk masuk kesini, wisatawan dikenakan biaya Rp 50.000 per orang. Menurut saya harga ini cukup affordable karena wisatawan bisa menikmati atraksi - atraksi yang disugguhkan setiap jamnya.

Biarpun luas, GWK sangat terawat dan sangat nyaman. Ada taman luas untuk tempat bersantai dan theater untuk melihat pertunjukan seni. Saya sendiri waktu itu menyaksikan tari kecak pada saat sunset. Walaupun sunsetnya nggak kelihatan, tapi atmosphere sunsetnya berasa, kok!😆

Banyak yang melempar koin disini :p


Oh ya, rasa nyaman ditempat ini salah satunya dipengaruhi oleh alunan musik yang menemani para pengunjung yang datang. Di bagian depan, terdapat kisah dibalik Garuda Wisnu Kencana yang diukir ditembok, seperti ukiran di Candi Borobudur gitu, lho. Saya pribadi suka sekali dengan tembok-tembok bebatuan disini.

5. Karma Kandara 
Siapa yang nggak tahu Karma Kandara? Private beach ini lagi booming banget di Instagram karena pantainya yang bagus dan enterance fee nya yang cukup wow, sekitar Rp 250.000 dengan fasilitas inclinator untuk menuju kebawah. Harga tersebut (katanya) bisa ditukar dengan makanan juga. Tapi, berhubung saya nggak rela untuk bayar semahal itu, dari awal saya memutuskan untuk lewat tangga menuju ke Karma Kandara. Yup! Mereka menyediakan akses tangga untuk menuju pantai. Denger-denger, tangga ini dibuat ada untuk para nelayan di sekitar tempat itu.




Oh ya, kabar gembiranya lagi, kalau air lagi surut, dari Karma Kandara bisa langsung menuju Finn's Beach Club. 2 Private Beaches ini hanya dipisahkan oleh tebing. Nah, menurut saya disini lebih ramai dan... malah jadi jauh dari kesan private beach. Pendapat saya pribadi, secara nggak langsung, Karma Kandara lebih mengusung tema "romantis", sedangkan Finn's Beach Club lebih mengusung tema "Enjoy your life". Halah.

Biaya untuk datang ke dua pantai ini buat saya hanya Rp 5.000 untuk biaya parkir motor. Iya, nggak salah kok, karena emang saya nggak beli apa-apa disana selain parkir motor 😁

6. Pantai Pandawa

Sama seperti Karma Kandara, Pantai yang ada di Uluwatu ini juga lagi hits di Instagram. Sebelum berangkat kesini, saya lihat review dari orang-orang yang bilang kalau pantai ini sepi dan masih bersih banget. Tapi eh tapi... ketika saya kesana, kok banyak manusia ya? Jauh dari kesan sepi dan bersih. Ramenya itu se rame pantai kuta. Beneran, nggak bohong :p saya sampai susah banget cari spot "kosong" untuk foto. Padahal saya kesana juga bukan pas lagi musim liburan, tapi entah mengapa wisatawan yang datang banyak sekali. Kalau ambil sisi positifnya, perkembangan social media memang cepat, sampai semua orang tumplek dateng ke Pandawa 😮



Jalanan menuju Pantai Pandawa bagus sekali. Jalanan yang sepertinya baru di aspal itu membelah tebing - tebing tinggi. Bayangin sepanjang jalan kita melihat tebing - tebing tinggi seperti di foto "Pantai Pandawa" diatas ini, sepi dan bebas polusi, nggak kayak di Jakarta. *yha kan saya mulai bandingin*😜

Harga tiket masuk ke Pantai Pandawa itu Rp 8.000/orang ditambah untuk motor Rp 2.000. Ada beberapa atraksi menarik seperti canoeing Rp 50.000/1 jam dan Paralayang Rp 1.000.000. Silakan kalau kalian tertarik untuk coba.

7. Pura Luhur Uluwatu

Akhirnya, destinasi terakhir! *iya, saya udah capek nulis. Hahaha*
Saya sengaja ambil flight malam supaya masih bisa jalan-jalan di hari terakhir. Daaan, saya kesini beberapa jam sebelum flight balik ke Jakarta, setelah selesai aktifitas di Pantai Pandawa. Pura Luhur Uluwatu ini letaknya agak jauh dari Pandawa, walau sama-sama masih daerah Uluwatu. Saran saya, datanglah kesini sore hari, karena mereka menyuguhkan tari kecak pada saat sunset dengan harga Rp 50.000/orang.

Untuk masuk ke Pura Luhur Uluwatu, para pengunjung / wisatawan diwajibkan menggunakan sarung. Kalau pakai celana atau rok pendek, pengunjung harus pakai sarung berwarna ungu ini untuk menutup bagian pinggang kebawah. Sedangkan kalau pengunjung sudah pakai celana atau rok panjang, boleh hanya menggunakan kain berwarna kuning ini. Tenang, harga untuk sarung ini sudah termasuk harga tiket, jadi tidak perlu sewa lagi. Bagian terpenting adalah, sarungnya wangi! Sepertinya mereka laundry setiap hari 😛


Di pintu masuk, ada beberapa Bli yang menawarkan jasa sebagai tour guide. Saya kurang tahu berapa untuk biaya tour guide ini. Pura Luhur Uluwatu memang besar dan cantik sekali, jadi kalau dirasa butuh tour guide untuk lebih mengenal seluk beluk Pura Luhur ini, silakan langsung tanya di bagian ticketing atau langsung datang ke mereka.

Enterance fee di Pura Luhur Uluwatu adalah Rp 15.000/orang. Ditambah biaya parkir motor seikhlasnya 😛

Rincian pengeluaran keseluruhan:
Tiket cgk - dps return (promo) = Rp 540.000
Penginapan Ubud & Kuta 4 hari 3 malam = Rp 320.000
Tiket masuk atraksi selama 4 hari = -+ Rp 100.000
Bensin & Sewa motor 4 hari = Rp 200.000
Makan, minum dan jajan = Rp 300.000
Oleh - oleh dan belanja = Rp 200.000

Total pengeluaran 4 hari 3 malam = Rp 1.660.000

Ingat ya, semua harga diatas seperti makan, sewa motor dan bensin itu sudah hasil dibagi dua oleh partner. Kalau kalian solo traveling, harga yang dikeluarkan memang agak sedikit lebih banyak, karena nggak bisa sharing budget.

Anyway, harga diatas masih bisa di cut kalau kalian nggak banyak jajan dan beli oleh - oleh. Atau malah bisa lebih kalau kalian mau coba makan fancy di Bali. Yang jelas, gaya hidup mempengaruhi pengeluaran selama liburan. Jeleknya saya, kalau lagi liburan kadang suka lupa makan, jadi boro-boro kepikiran nyobain restoran ini itu 😅

Selain itu, destinasi wisata yang saya tulis diatas adalah destinasi yang cukup pantas (?) untuk dibagikan. Kalau pergi ke Pantai Kuta atau beli oleh-oleh di Krisna, nggak perlu saya jabarkan, kan? Besides, kalau kalian butuh info seputar sewa motor yang murah atau referensi untuk beli tiket promo, boleh contact saya di hi.odissey@gmail.com 😄 kebetulan untuk motor saya dapat harga @50.000 per hari ditambah diskon jadi cuma Rp 175.000 selama 4 hari.

Baiklah, segitu aja sharing dari saya kali ini.
Selamat merencanakan liburan!
🌸 Claudia